top of page

Membangun Diplomasi Budaya

 

Dunia saat ini berada pada masa era digital dimana seluruh sendi kehidupan berubah. Baik idiologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Sebuah cara hidup baru menjungkirbalikan tatanan hidup yang berlaku, "pola lama" diganti dengan "pola baru". Manusia mangalami pergolakan besar dalam sejarah hidupnya dan  di tuntut lebih cerdas dalam meninggalkan cara hidup lama kemudian menggantinya dengan cara hidup yang baru, dalam Era Digital-Era Abad 21 awal. Era yang memerlukan sikap dan pemahaman berbeda dari era sebelumnya. Memerlukan reorganisasi strategi untuk tetap survive dalam dunia yang mengalami tranformasi - terasa sangat revolusioner - ekstrim 180 derajat kebalikan. Kita tahu, tatanan Internasional berubah, integrasi geopolotik bergeser dan tentu saja kebudayaan dengan pasti mengalami perubahan sehingga praktisinya memerlukan strategi berbeda untuk meruangkan diri kedalam cara hidup kini.

         

          Sebuah masa dimana dunia berkembang menuju Meta Verce ( melampaui alam ) dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Manusia dituntut pandai dan cepat beradaptasi untuk  menyelaraskan aspek-aspek terkait demi tercipatanya keseimbangan untuk mendapatkan harmoni dalam kehidupan. Sebab dunia saat ini mengahadapi masalah terkait globalisasi kecerdasan. Adalah kecerdasan emosi,kekerasan,bahkan kebencian. Revolusi teknologi telah membawa dunia pada perubahan antropologi yang mendalam, dan juga telah menciptakan ruang-baru, ruang yang menuntut manusia untuk mengkaji ulang dan merumuskan aturan-main.  Kebudayaan menjadi penting dan membutuhkan strategi yang harus dikelola secara baik demi membangun peradaban bersama.                    SSIA Indonesia dan SSIA Jepang menggelar pameran seni rupa ke XIII sebagai upaya membangun persahabatan dua negara ( Indodnesia-Jepang ) Perhelatan ini, merupakan ranah  strategi kebudayaan untuk menjawab tantangan jaman.

         

          Bisa dikatakan sebagai pernyataan persahabatan, digelar di Perpustakaan Nasional Republik Indinesia, Jln. Merdeka Selatan Jakarta Pusat. Dengan menyuguhkan karya yang terus memperluas kemungkinan dan merangkul aktivitas baru yang timbul karena teknologi baru seperti karya digital , video art, cetak/print, fotografi dan penemuan terbaru pada praktek artistik baru. Seperti penemuan karya seni mixmedia yang menggunakan kolase, photomontage dan "found-art". Karya yang di pamerkan merupakan upaya meruangkan perenungan atas fenomena perasaan yang muncul akibat perubahan "kekinian" melalui seluruh aspek kehidupan. Aspek humor, drama, tragedi hingga politis, analitis hingga spekukatif. Dengan tema-tema ( bebas ) sesuai kadar ketertarikan dan rasa keterlibatan seniman dalam merespon jaman ( peradaban ). adalah karya yang mengartikulasikan dengan gamblang pandangan personal dalam merespon apa yang telah, sedang, dan mungkin akan terjadi dalam tatanan temporer maupun temporalitas sosial masyarakatnya. Baik Indonesia maupun Jepang.

​

​

Seniman bebas mengekplorasi dinamika yang terjadi atau mungkin bisa terjadi dalam era interaksi dan koneksi sosial saat ini. Dengan pemahaman era internet dan Big Data, media sosial, kecerdasan buatan adalah kecerdasan besar yang menyebar dalam globalisasi. Teknologi informasi berkembang dengan kecepatan mencengangkan. Menimbulkan ruang aturan teknologi baru yang belum pernah disentuh dunia dan juga aturan tatanan internasional internet yang harus disetujui dan diikuti, dengan mengekstrak fenomena dan dinamika sociati dalam lingkungan yang terhayati sebagai kanal lahirnya karya. Membangun narasi dengan latar belakang sosial terhayati secara Intim, kritis dan tak terduga.

         

          Pameran yang di helat SSIA INDONESIA-JEPANG adalah upaya Untuk tidak hanya akan menjadi penonton, menjadi komentator, ini merupakan gerakan mengambil tanggung jawab yang dilakukan seniman Indonesia dan seniman Jepang. Satu hal yang pasti terpelihara dari kerja sama kebudayaan adalah agar  tidak kehilangan imajenasi politik orang yang tidak berpolitik dengan strategi kongkrit dan tidak membiarkan pihak luar mendikte gerakan, sehingga dapat memberikan bermanfaat bagi masyarakat luas, minimal bagi praktisinya.  Berani menghadapi komentar dan kritik. Menunjukan tidak kehilangan " keberanian hati" dan " pemikiran imajenatif" . Hanya dengan mencoba  bersikap berani dan imajenatif, manusia sebagai individu dapat secara mendalam mencerminkan spirit  identitas dalam memposisikan diri ditengah globalisasi. Mengkonstruksi kedaulatan diri, kedalulatan berfikir adalah motode terbaik untuk benar benar memperkuat integritas personal. Sehingga dapat memiliki diplomasi yang kuat dan koheren, siap menjawab dengan tidak terhegemoni oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Selamat menggelar persahabatan.

 

Jakarta 23 – 8 -2923

Salam Eko Banding

bottom of page